BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah Penelitian Tindakan
Sebuah kenyataan ironis, bagi seorang guru yang
dituntut memberikan materi ajar bagi siswa
di depan kelas, sementara guru hanya memberikan materi tanpa menyadari
bahwa model pembelajaran sebagai cara penyampaian materi oleh guru kepada siswa dirasakan kurang memberikan
apresiasi rasa mengajar. Ini problem
tersendiri bagi guru dalam kegiatan
belajar mengajar.
Dari sini dituntut peran pengawas sekolah guna
memberikan apresiasi model pembelajaran yang inovatif bagi guru saat memberikan
materi pelajaran di kelas. Sebagai wujud aplikasi tugas supervisi kependidikan
di tingkat pendidikan dasar maka penelitian ini merupakan penelitian tindakan
sekolah yang berkolaborasi dengan penelitian tindakan kelas, yang mana penulis
hanya sebagao observer dan pemberi gagasan model pembelajaran kepada guru sementara itu guru mengajar
matematika menerapkannya melalui gaya mengajar inovatif. Dalam hal ini observer memberikan gagasan atau konsep
pembelajaran SQ3R bagi peningkatan
prestasi belajar matematika di sekolah binaan penulis sendiri yakni Sekolah
Dasar Negeri __________ Kecamatan ________ Kabupaten _______ Propinsi ________
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang
banyak digunakan dalam ilmu pengetahuan lain maupun dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam GBPP ( 2004) Ditegaskan
bahwa pembelajaran matematika di sekolah bertujuan untuk mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan
matematika dan pola fikir matematika
dalam kehidupan sehari-hari dan dalam mempelajari berbagai ilmu pengetahuan.
Pembelajaran matematika seringkali dipandang
sebagai pembelajaran yang hanya terbatas di sekolah dan kurang
menyentuh kehidupan sehari-hari. Dalam pembelajaran
matematika oleh guru yang mengajar matematika yang biasanya diterapkan di
sekolah dengan cara siswa disuruh menghafalkan
konsep / rumus tanpa melihat langsung masalah-masalah yang ada hubungannya dengan konsep tersebut. Keadaan ini
sering kali membuat siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran yang
sedang dipelajari, cepat bosan hingga akhirnya
siswa kurang memahami konsep secara jelas. Akibatnya siswa menganggap
matematika sebagai pelajaran yang paling sulit dan menakutkan di sekolah. Padahal seperti pelajaran lain,
matematika tidaklah mesti demikian.Karena melalui belajar matematika
dapat membentuk sikap siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Ruseffendi (1991 : 94) yang mengemukakan :
"Matematika penting
sebagai pembentuk sikap, oleh karena itu salah satu tugas guru adalan mendorong
siswa agar dapat belajar dengan baik"
Dalam memahami konsep matematika, diperlukan
kemampuan untuk membuat generalisasi serta
abstraksi yang cukup tinggi, hal inilah yang mengakibatkan penguasaan terhadap
materi konsep-konsep matematika lemah bahkan dipahami dengan keliru.
Seperti yang diungkapkan oleh Ruseffendi (1991 : 156) bahwa terdapat banyak
anak-anak yang setelah belajar matematika bagian sederhanapun banyak yang tidak
dipahami, banyak konsep yang dipahami secara keliru. Matematika dianggap
sebagai ilmu yang sukar, rumit, dan banyak memperdayakan.
Agar pembelajaran matematika menjadi menarik
perhatian, maka seorang guru yang mengajar matematika perlu metode
pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa dan keaktifan siswa.
Ruseffendi (1991 : 283) mengatakan : "Belajar secara aktif dapat menyebabkan ingatan yang dipelajari lebih tahan
lama dan pengetahuan akan lebih luas daripada belajar pasif'. Sedangkan
Sudjana (1988 : 32) berpendapat : "Hampir tidak pernah terjadi proses
belajar tanpa adanya keaktifan individu/siswa yang belajar". Dengan kata
lain, pembelajaran yang melibatkan siswa atau mengutamakan keaktifan siswa
mempunyai peluang yang cukup besar dalam keberhasilan belajar.
Pemahaman terhadap suatu konsep matematika
merupakan indikator dari suksesnya belajar matematika, namun proses memahami
suatu konsep matematika merupakan hal yang
tidak mudah. Sudrajat (2001 : 2) menyatakan bahwa salah satu penyebab kesulitan memahami konsep matematika
adalah lemahnya kemampuan membaca
secara umum dan kemampuan membaca secara khusus, apalagi matematika
merupakan ilmu yang bahasanya sarat oleh simbol dan istilah.
Masalah yang muncul adalah Cara membaca yang
bagaimanakah yang dapat memperbaiki kemampuan
membaca matematika agar lebih memahami konsep
matematika ? Persoalan tersebut bisa terjawab bila semua berkehendak meningkatkan
kemampuan membacanya. Caranya, harus dicari teknik membaca yang bisa
meningkatkan kemampuan membaca matematika.
Sudah cukup lama para ahli psikologi pendidikan
telah menyelidiki dan mengembangkan beberapa
teknik membaca yang efektif dan efisien, diantaranya: SQ3R (Survey-Question-Read-Recite-Review), POINT
(Purpose-Overview-Interpret-Note-Test), OK4R
(Overview-Key-Ideas-Read-Recite-Review-Reflect),
PQRST (Preview-Question-Read-Summarize-Test),
RSVP (Review-Study-Verbalize-Preview),
EARTH (Explore-Ask-Read-Tell-Harvest),
OARWET (Overview-Ask-Read-Evaluate-Test),
dan PANORAMA (Purpose-Adaptibility-Need
to (Question-Overview-Read-Annotate-Memorize-Asses). Teknik membaca yang
banyak dikenal dan sering diterapkan adalah teknik membaca SQ3R yang dikembangkan
oleh Francis P. Robinson pada tahun 1941. Menurut Tampubolon (1987 : 172),
"Teknik membaca ini umumnya dipakai untuk membaca buku ajar". Selain itu Soedarso (2002 : 59) menyatakan bahwa
teknik membaca SQ3R merupakan cara yang efektif dan efisien dalam
membantu guru dalam memberikan suatu konsep atau tulisan yang
sedang dibaca, sebab dalam teknik membaca SQ3R terkandung penguasaan
perbendaharaan kata, pengorganisasian bahan bacaan, dan pengaitan fakta yang
satu dengan yang Iainnya.
Beberapa kelebihan SQ3R seperti yang diungkapkan
di atas sudah teruji pada penelitian Sudrajat (dalam Sudraat, 2001 : 3) yang
menyatakan bahwa Cara membaca teks matematika menggunakan
SQ3R dapat meningkatkan kemampuan membaca. Selain itu, penelitian Sudrajat
(2001 : 76) menyatakan bahwa baik pada kelompok
siswa cepat maupun siswa lambat belajarnya, SQ3R mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap peningkatan kemampuan siswa berkomunikasi dalam matematika.
Berdasarkan beberapa
pendapat tersebut, nampaknya teknik membaca SQ3R dapat dipandang memadai untuk digunakan dalam
membantu guru meningkatkan kemampuan
mengajarnya melalui teknik membaca matematika, sehingga diharapkan dapat membantu meningkatkan
motivasi belajar dan memahami konsep matematika. Oleh karena itu, penulis bermaksud memberikan arahan kepada guru yang mengajar matematika tentang model pembelajaran matematika dengan teknik membaca SQ3R dengan harapan dapat
meningkatkan kompetensi mengajar di
depan kelas.
B.
Rumusan dan Batasan Masalah Penelitian Tindakan
Berdasarkan latar belakang
masalah yang telah diuraikan, secara umum masalah dalam penelitian ini adalah: "Apakah
pembelajaran matematika dengan teknik membaca SQ3R dapat meningkatkan kemampuan guru yang mengajar matematika di Sekolah Dasar Negeri _______ Kecamatan ________ Kabupaten
________ Propinsi ______ ?
Agar penelitian ini lebih
terarah, maka rumusan umum masalah di atas dijabarkan sebagai berikut:
1. Bagaimana
kompetensi awal serta kemampuan guru yang mengajar matematika selama ini
di Sekolah Dasar Negeri _______ Kecamatan ________ Kabupaten
________ Propinsi ______?
2. Bagaimana
ketuntasan belajar matematika sebelum
adanya konsep model Pembelajaran SQ3R diberikan arahan oleh pengawas
sekolah di sekolah binaan penulis yakni
Sekolah Dasar Negeri _______ Kecamatan
________ Kabupaten ________ Propinsi
______ ?
3. Bagaimanakah guru yang
mengajar matematika menerapkan di depan kelas
dengan menggunakan model pembelajaran
teknik membaca SQ3R di Sekolah Dasar Negeri _______ Kecamatan ________ Kabupaten
________ Propinsi ______?
C.
Tujuan Penelitian Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka
penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data kemampuan dan pemahaman guru
yang mengajar matematika tentang
penerapan model pembelajaran dengan teknik membaca SQ3R. Secara rinci, tujuan
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui kontribusi pembelajaran matematika dengan teknik
membaca SQ3R dalam meningkatkan
kemampuan kinerja guru dalam mengajar
matematika di Sekolah Dasar
Negeri _______ Kecamatan ________
Kabupaten ________ Propinsi ______
2. Mengembangkan
situasi belajar yang mendukung dalam upaya meningkatkan kemampuan dan pemahaman model
pembelajaran dengan teknik membaca SQ3R.di Sekolah Dasar Negeri _______ Kecamatan ________ Kabupaten
________ Propinsi ______.
3. Memperoleh
data prestasi siswa terhadap hasil
pelaksanaan pembelajaran matematika
dengan teknik membaca SQ3R di Sekolah Dasar Negeri _______ Kecamatan ________ Kabupaten
________ Propinsi ______.
4. Mengetahui
ketuntasan belajar siswa pada setiap siklus pembelajaran melalui pembelajaran
matematika dengan teknik membaca SQ3R di Sekolah Dasar Negeri _______ Kecamatan ________ Kabupaten ________ Propinsi ______.
D.
Manfaat Penelitian Tidakan
Penelitian ini merupakan sebuah aktivitas guru
yang sedang mengajar matematika di depan kelas
agar dapat memberikan beberapa
manfaat. Adapun manfaat diadakannya penelitian ini diantaranya adalah:
1. Bagi pengembangan konsep ilmu pendidikan khususnya pendidikan matematika, temuan penelitian dapat diadaptasi
sebagai bahan masukan dalam mengembangkan konsep pembelajaran matematika.
2. Bagi guru, dapat
meningkatkan kompetensi diri dan dapat menarik gambaran yang
lebih jelas tentang teknik membaca SQ3R sebagai salah satu pembelajaran
inovatif.
F.
Definisi Operasional